Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ribuan Hektar Tambak Terendam Banjir, Petambak Lamongan Belum Mendapat Sentuhan Pemerintah

Reporter: Zuditya Saputra   |   06:55 WIB

Petambak Lamongan Ketika Menjaring Ikan di Tambak yanh Kebanjiran. Foto: MetroTV
Terbittimur.com, Lamongan -  Curah hujan dengan intensitas tinggi terus mengguyur Kabupaten Lamongan. Sehingga, mengakibatkan ribuan hektar tambak milik petani terendam banjir.

Banjir membuat bertambahnya beban yang harus kembali dipikul oleh petani tambak di kota sota ini.

Sebab, sebelumnya para petani tambak di Lamongan telah disusahkan dengan adanya pencabutan pupuk bersubsidi yang hingga saat ini belum ada titik terang dan masih dalam proses tahap pembahasan di Kementerian.

"Pupuk belum selesai, sekarang ditambah banjir tahunan yang selalu membanjiri tambak kami, tentu itu menjadi bertambahnya beban bagi kami," kata Abdul Rozak petani tambak Lamongan, Rabu (1/3/2023).

Warga asal Dusun Guyangan RT.13 RW.03 Desa Kemlagigede Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ini juga menyampaikan, pihaknya selalu merugi bila banjir tahunan ini melanda desanya. Bahkan ia tak mampu berbuat apapun, hanya bisa berserah.

"Tambak kami jelas merugi, sedikit banyak ikan kami tentu berpotensi keluar meski sudah kita kasih waring," gerutunya.

Namun, meski tambak miliknya dan milik petambak lainnya dilanda musibah banjir. Disayangkan hingga kini para pejabat daerah yakni pemerintah Kabupaten Lamongan belum pernah menyentuhnya.

"Tambak kami sudah kebanjiran hampir dua minggu lebih. Tetapi, kami belum mendapat bantuan sama sekali terkait tambak kami," ujarnya.

Menurutnya, bila pemerintah tidak menghiraukan atau tutup mata atas musibah yang menimpah tambaknya, lantas bagaimana dengan nasib para petambak Lamongan.

"Saya berharap pemerintah hadir ke tempat kami, lihat situasi kami dan berilah kami para petambak Lamongan ini solusi," harapnya.


Editor: Nur Fatmasari

Posting Komentar untuk "Ribuan Hektar Tambak Terendam Banjir, Petambak Lamongan Belum Mendapat Sentuhan Pemerintah"